Film live action Barbie in The Real World telah rilis dan tayang di bioskop pada 19 Juli 2023. Banyak masyarakat yang antusias untuk mengenang tontonan mereka yang masih eksis selama lebih dari 60 tahun.
Jauh sebelum filmnya dirilis, Barbie telah menayangkan teaser di Youtube. Kemudian juga This Barbie Generator, yakni platform edit foto online menggunakan template bertemakan Barbie dan Ken. Wah, seru banget ya! Hal ini juga sempat memancing masyarakat untuk mengunggah hasil editan foto mereka ke sosial media. Tak lama setelah itu juga banyak bermunculan challenge dengan menggunakan background music dari Aqua berjudul Barbie Girl.
Tak hanya Barbie collector saja, namun banyak brand-brand yang menyambut euphoria dari film Barbie. Kolaborasi antara Barbie dengan brand-brand tersebut dilakukan sebagai bagian dari strategi promosi dari produksi Warner Bros. Brand yang berkolaborasi akan berfokus kepada produk dan pengalaman, yang mendorong masyarakat agar tidak “ketinggalan” pengalaman khusus untuk terlibat dalam kolaborasi tersebut, ataupun memiliki produk kolaborasi dengan Barbie.
Bisa dibilang, hal ini termasuk dalam FOMO marketing ya, Utopians! Memangnya apa aja sih yang bikin strategi ini berhasil? Nah, kalau Utopians perhatikan ternyata brand-brand tersebut memiliki konsep yang berfokus pada beberapa elemen sehingga dapat menarik bagi masyarakat. Simak 6 elemen berikut:
- Desain produk yang eksklusif
Barbie dan brand-brand yang berkolaborasi merancang produk mereka dengan desain yang eksklusif yang tidak bisa ditemukan pada brand lainnya. Hal ini akan memancing perasaan FOMO (Fear of MIssing Out) bagi para kolektor dan penggemar Barbie yang ingin memiliki edisi terbatas yang unik.
2. Strategi pemasaran berbasis kesempatan
Barbie dan brand-brand yang berkolaborasi akan menggunakan strategi pemasaran yang menekankan pada edisi spesial, kesempatan terbatas, adanya diskon, dan penawaran eksklusif yang hanya berlaku pada waktu tertentu. Hal tersebut akan mendorong masyarakat untuk segera berbondong untuk mengambil keputusan pembelian supaya nggak “kehilangan” atau ketinggalan kesempatan tersebut.
3. Kehadiran digital yang aktif
Brand-brand yang berkolaborasi dengan Barbie secara aktif melakukan social media campaign. Brand-brand ini membuat postingan untuk membangun kehadiran merek yang kuat dan menarik bagi penggemar Barbie. Konten yang kreatif dan interaktif akhirnya mendorong partisipasi dan interaksi konsumen.
4. Acara dan kolaborasi terbatas
Brand-brand yang berkolaborasi dengan Barbie akan menyelenggarakan acara-acara khusus yang menarik, seperti adanya Barbie Dream House di Neo Soho dan Central Park Jakarta untuk menciptakan event khusus yang hanya tersedia dalam waktu terbatas.
5. Kemitraan dengan influencer
Brand-brand yang berkolaborasi dengan Barbie akan bekerjasama dengan influencer dan content creator yang populer di kalangan penggemar Barbie untuk memperluas jangkauan merek dan meningkatkan ketertarikan. Selain itu, para infuencer juga ikut menyemarakkan challenge Barbie di sosial media.
Adanya #Barbiegirlschallenge di Tiktok merupakan salah satu bentuk kampanye tantangan atau kompetisi di media sosial yang mengajak masyarakat untuk berpartisipasi akan hadirnya film action Barbie in The Real World. Hal tersebut akan menciptakan buzz serta memicu audience untuk terlibat dalam kampanye tersebut.
Utopians, apakah kamu termasuk salah satu orang yang terkena “virus” Barbie? Contoh kasus di atas adalah salah satu dari sekian fenomena brand collaboration ya! Gimana kalau menurut Utopians, menurut kamu kolaborasi merek itu strategi marketing yang tepat untuk brand kamu?
Kalau kamu perlu bantuan dalam menyusun branding strategy, kamu bisa hubungi Ourtale Indonesia! Kami telah bekerja sama dengan berbagai brand, baik lokal maupun internasional. Yuk, konsultasikan bisnismu sekarang!
